Bicara soal Semarang, pasti ga jauh-jauh dari lumpia/ loenpia, deh. Kalo udah gitu, Lumpia/ Lunpia/ Loenpia Semarang Gang Lombok, adalah lumpia/ lunpia khas Semarang yang wajib di beli!
Bukannya yang jual lumpia/ loenpia di
Semarang tuh banyak? Ya iya, sih. Dimana-mana pada jual lumpia/ lunpia,
tapi inilah toko lumpia/ lunpia yang paling tua di Semarang. Bisa
dibilang, lumpia/ lunpia jadi makanan khas Semarang tuh karena tokonya
Loenpia Semarang Gang Lombok ini:
Membicarakan lumpia maka ingatan kita
pasti akan melayang menuju Kota Semarang. Ya, penganan nikmat ini
merupakan salah satu makanan khas Semarang. Namun sejatinya, Lumpia
bukanlah kuliner asli Semarang melainkan kuliner khas Cina. Lumpia atau
yang juga disebut dengan nama lunpia pada mulanya merupakan penganan
tradisional Tionghoa yang terbuat dari campuran rebung, telur, sayuran
segar, daging, dan makanan laut, kemudian digulung dalam adonan tepung
gandum yang menyerupai kulit. Lumpia mulai dikenal di Semarang karena
banyaknya warga Tionghoa yang tinggal dan menetap di kota yang pernah
menjadi bandar besar pada masa lalu. Di Semarang, lumpia mengalami
proses pelokalan dan disesuaikan dengan lidah Jawa, hingga menemukan
bentuk dan rasa seperti sekarang.
Berkembangnya lumpia di Semarang tentu
tak bisa lepas dari peranan pasangan suami istri Cina-Jawa, Tjoa Thay
Yoe dan Wasih. Mereka berdua merupakan penjual lumpia dengan ciri
khasnya masing-masing. Setelah menikah, resep lumpia ala Hokkian milik
Tjoa Thay Yoe dipadukan dengan lumpia ala Jawa khas Wasih, hingga
terciptalah lumpia dengan rasa istimewa khas Semarang yang memadukan
rasa gurih, asin, dan manis. Resep lumpia pasangan Cina-Jawa ini
kemudian diturunkan kepada anak-anak mereka dan menjadi awal menyebarnya
lumpia khas Semarang.
Lumpia Gang Lombok yang terletak tepat
di samping Klenteng Tay Kak Sie merupakan warung lumpia tertua di
Semarang milik keturunan Thoa Thay Yoe. Warungnya yang sempit dan
letaknya yang menyempil di gang yang hanya cukup dilalui 1 mobil ini
rupanya tak menyurutkan minat para tamu yang ingin mencicipi Lumpia
Semarang Gang Lombok. Pembeli tak hanya berasal dari pengunjung klenteng
yang selesai berdoa, namun dari pelosok Semarang hingga luar kota.
Lumpia goreng lengkap dengan acar mentimun, saus berwarna coklat sebagai
cocolan, daun selada, cabai rawit, dan daun lokio.
Guna memudahkan pengunjung dalam
memakannya, lumpia berukuran besar itu telah dipotong-potong menjadi 4
bagian. Untuk menikmatinya, Anda dapat mencocolkan potongan lumpia yang
berisikan rebung dan udang ke dalam saus berwarna coklat, sekaligus
menambahnya dengan acar. Perpaduan rasa gurih dan asin dari isi lumpia,
bercampur dengan manis dari saus, dan rasa asam acar akan memenuhi
rongga mulut. Jika Anda suka pedas, gigitlah cabai rawit, atau daun
lokio yang aroma dan rasanya menyerupai bawang merah. Jangan lupa selada
sebagai lalapan. Kombinasi rasa dari aneka makanan yang telah masuk ke
mulut Anda akan menciptakan sensasi kenikmatan tersendiri yang tidak
akan Anda dapatkan di tempat lain. Satu hal lagi, meski penjualnya
adalah orang Tionghoa, Anda tak perlu khawatir akan masalah kehalalan.
Lumpia Gang Lombok menggunakan bahan dasar udang, sehingga bisa
dikonsumsi oleh siapa saja. Jadi jangan ragu untuk segera mencicipi
nikmatnya kuliner Tionghoa khas Semarang
Tokonya kecil saja, berada disebuah gang
yang cukup sempit pula (namun bisa dilalui oleh mobil), tapi sejak pagi
nih.. ramenya udah ga ketolongan! Aku yang kesana sebelum jam 8 pagi
saja sudah dipaksa antri beli lumpia:
Berlokasi di Gang Lombok 11, Kranggan, Semarang Tengah,
nih toko emang sudah sejak puluhan tahun lalu menjajakan lumpia/
loenpia yang terkenal itu. Dan saat aku kesana jam 8.15am, buset.. sudah
ada banyak orang lagi antri beli/ makan lumpia/ lunpia!
Kalo mau makan di tempat sih, bakal
cepat dilayani. Masalahnya nih, kalo kalian mau beli untuk dibawa pulang
dan jumlahnya rada banyak, bakalan antri deh, karena lumpia/ lunpia-nya
tuh engga langsung ready beratus-ratus biji. Tapi dijamin engga bosan,
karena kita bisa lihat gimana hebohnya mereka-mereka menyiapkan lumpia/
lunpia untuk dibungkus/ dimakan ditempat:
Tuh, kan.. seru! Dan dibolehin foto-foto
lho! Engga seperti kebanyakan orang Surabaya yang ogah banget difotoin
dagangannya, aku disini bebas foto ini itu, walau pakai blitz *nyengir kuda*.
Nah, lumpia/ lunpia yang sudah selesai
dilipat, sudah bisa disajikan begitu saja kepada yang memesan lumpia/
lunpia basah. Namun yang meminta lumpia/ lunpia goreng, maka prosesnya
pun berlanjut. Lumpia/ lunpia basah itu kudu dicelupkan dulu ke minyak
panas:
Barulah kemudian lumpia/ lunpia gorengnya akan diangkat, ditiriskan dan
disajikan kepada pembeli. Yang mau makan ditempat, akan mendapat sajian
lumpia/ lunpia terpotong menjadi 4 bagian (untuk memudahkan mereka
memakan lumpia/ lunpianya):
Jadi, penampilannya akan seperti ini:
Lumpia/ lunpianya disajikan hangat (bahkan kadang cenderung panas)
dengan saus taoco bersama acar. Nah, lumpia/ lunpia khas Semarang tuh
pake rebung alias bambu muda. Tapi jangan khawatir akan bau pesing khas
rebung. Di Lumpia/ Lunpia/ Loenpia Semarang Gang Lombok, rebungnya
diolah dengan benar sehingga tidak menimbulkan bau apapun. Lumpia/
lunpianya juga tidak pake babi, jadi halal:
Dan semua potongan lumpia/ lunpia disajikan bersama dengan cabe rawit, juga daun bawang merah (persis kaya’ di Malang nih):
Rasa lumpia/ lunpianya hmm, berbeda
dengan lumpia/ lunpia yang dijual di Surabaya. Kulitnya cenderung agak
kenyal, bahkan untuk lumpia/ lunpia gorengnya sekalipun. Jadi, kulitnya
tuh gak kriuk-kriuk banget, gitu. Citarasanya menggabungkan gurih dan
manis. Tentu, paling enak disantap sangat hangat!
Dan ini, harganya:
Kalo kita mau bungkus lumpia/
lunpianya untuk dibawa pulang/ dijadikan oleh-oleh, maka lumpia/ lunpia
pesanan kita akan ditata seperti ini:
Ditempatkan didalam besek, lo!
Dan itu bukannya tanpa sebab. Kemasan
besek (alias kotak bambu) tuh kan ada pori2nya, baik untuk mencegah
lumpia/ lunpia cepat bau. Saranku nih, kalo mau pesan Lumpia/ Lunpia/
Loenpia Semarang Gang Lombok untuk dibawa pulang/ oleh-oleh, mendingan
pesan yang versi goreng. Nanti, lumpia/ lunpianya akan digoreng setengah
matang, ditata dalam besek dan tahan sampe setengah sehari (tapi gimana
pun kalo bisa segera masuk kulkas/ digoreng lagi, lebih baik).
Pastikan, ada cap kuning ini ya:
(Sumber: http://laurentiadewi.com)